
KS.id – Plato adalah salah satu murid Socrates yang banyak menuliskan kisah hidup gurunya tersebut. Kebanyakan tulisan Plato disusun dengan dialog-dialog yang tokoh utamanya adalah Socrates. Namun, kita tidak bisa begitu saja mempercayai tulisan tersebut murni sebagai kisah Socrates tentu saja.
Seperti gurunya itu, Plato adalah seorang filsuf yang lahir dan tumbuh besar di Athena, salah satu polis termasyhur Yunani saat itu. Masa mudanya banyak dihabiskan untuk menimba ilmu kepada Socrates. Semenjak berakhirnya para pemikir alam, atau ‘filsuf alam’, filsafat Yunani juga bergeser kepada masyarakat, begitu juga Plato.
Socrates adalah filsuf Yunani pertama yang mengarahkan perhatiannya kepada masyarakat, bukan lagi alam. Sementara itu, para filsuf Yunani yang masa hidupnya setelah Socrates, atau biasa disebut ‘pasca-Socrates’, mengikuti jalur tersebut. Mereka lebih berfokus pada manusia dan masyarakat daripada alam.
Banyak disebutkan dalam literatur populer bahwa masa filsafat Socrates sampai Aristoteles merupakan masa-masa ‘filsafat Yunani klasik.’ Termasuk di dalamnya adalah Plato, yang dalam artikel ini akan saya bahas.
Kenapa judul artikel ini ‘Plato dan dunia ide’? Karena ‘dunia ide’ merupakan gagasan terpenting yang dikemukakan oleh Plato. Menurutnya, dunia ide adalah tempat asal-muasal segala sesuatu yang ada di dunia nyata, dan juga tempat kesempurnaan.
Seperti apa kelengkapannya? Berikut ini akan saya bahas.....
Pengantar
Plato lahir di Athena pada tahun 427 Sebelum Masehi (SM) dan meninggal di sana pada tahun 347 SM di usia 80 tahun. Keluarganya termasuk dalam orang-orang penting yang banyak berperan dalam kancah politik Athena saat itu. Ia sendiri sempat bercita-cita untuk menjadi pemimpin Athena saat masih kecil.
Plato memiliki postur tubuh yang indah. Badannya jenjang, tinggi, dan proporsional. Sebenarnya, sosok filsuf yang satu ini memiliki nama asli Aristokles. Ia mendapatkan nama ‘Plato’ dari seorang guru yang mengajarinya bermain senam. Nama itu disematkan padanya karena bahunya yang besar dan lebar.
Saat masih kecil sekali, Plato mendapatkan banyak materi diluar pelajaran umum. Ia telah belajar untuk melukis, bermain musik, serta menulis puisi. Bahkan, sebelum beranjak dewasa, Plato sudah dikenal sebagai sosok yang ahli dalam membuat sajak. Itulah kenapa tulisan-tulisannya begitu indah namun sukar dipahami.
Plato mulai mengikuti pelajaran Socrates sejak berumur 20 tahun. Banyak pelajaran dari Socrates yang memberikan kepuasan pada diri Plato. Akibatnya, pengaruh pemikiran Socrates semakin hari, semakin tertancap dalam benaknya. Diusianya tersebut, Plato bahkan telah banyak menulis tentang Socrates.
Sampai ajal menjemput, Plato bisa dibilang tetap menjadi pengagum Socrates nomor satu. Menurutnya, Socrates adalah juru bahasa rakyat Athena yang tertindas oleh kekuasaan yang silih berganti. Itulah kenapa banyak dialog yang ditulis oleh Plato memposisikan Socrates sebagai tokoh utama. Karena kekagumannya yang besar itu pula, Plato memiliki tujuan untuk menyempurnakan pemikiran gurunya itu.
Pemikiran Plato
Ciri pemikiran Plato identik dengan sosok Socrates yang dituliskannya dalam dialog-dialog. Yaitu sosok yang begitu percaya dan menaruh perhatian besar pada akal manusia. Menurutnya, untuk mencapai tingkat kebenaran yang sejati, manusia harus memanfaatkan akalnya semaksimal mungkin.
Sebelum melangkah lebih jauh untuk memaparkan pemikiran Plato, perlu kiranya saya memaparkan apa sebenarnya yang ingin diungkap oleh Plato.
Plato begitu terobsesi dengan gurunya, yaitu Socrates, yang mengatakan bahwa perkara yang baik dan buruk itu tetap dan pasti. Baik dan buruk akan berlaku untuk sepanjang zaman dan di semua tempat. Itulah kiranya yang menjadi dasar utama bagi pemikiran Plato.
Ia ingin membuktikan pendapat Socrates itu dengan caranya sendiri. Pada titik tertentu, ia yakin, bahwa kekekalan itu pasti ada. Bahwa semuanya itu tetap dan tidak berubah-ubah. Namun, disatu sisi, ia juga ingin menjelaskan 'perubahan-perubahan' yang pasti terjadi di alam. Sebagaimana yang ditangkap oleh inderanya. Ia kemudian membagi dunia ke dalam dua konsepsi, yaitu: Dunia ide, dan Dunia realitas inderawi.
Pembagian Dunia Plato
Apa yang dimaksud Plato sebagai dunia ide? Dunia ide adalah kebalikan dari dunia inderawi, artinya, dunia terebut tak-tampak, tak-terdengar, dan tak ter-rasa. Dunia ide hanya dapat dijangkau menggunakan akal, dan bukan indera.
Menurut Plato, dunia ide adalah asal-usul segala sesuatu. Yang ada di sana adalah bentuk paling sempurna dari benda-benda yang ada di dunia inderawi. Sebelum terlahir di dunia, menurut Plato, kita semua berasal dari dunia ide.
Sebelum kita mengenal pohon, ataupun kucing misalnya, kita sudah mengetahui bentuk sempurna nya di dunia ide. Tepatnya sebelum kita dilahirkan. Sebenarnya, apa yang kita lakukan sekarang ini, dan apa yang kita sebut pengetahuan adalah proses mengingat-ingat memori dunia ide sebelum terlahir ke dunia.
Ketika pertama kali melihat kucing misalnya, sebenarnya kita langsung mengingat kembali menganai ‘ide kucing’ yang dulu pernah kita lihat sebelum dilahirkan. Menurut Plato, posisi ‘ide kucing’ itu adalah bentuk paling sempurna. Ini berkaitan dengan dunia kedua menurut Plato, yaitu dunia realitas inderawi.
Apa yang dimaksud Plato dunia realitas inderawi? Maksudnya adalah dunia kita sehari-hari ini, yaitu dunia yang dapat kita lihat dan kita rasakan. Namun, dunia inderawi kita ini menurut Plato penuh dengan batasan. Apa yang kita terima melalui mata, telinga, ataupun hidung, menurut Plato, hanya berupa gambaran yang tidak jelas. Menurutnya, selalu ada bentuk sempurna dibalik fenomena yang tampak.
Plato memberikan contoh bahwa dunia ini tidak sempurna dengan menggunakan matematika. Dalam matematika, kita dapat menemui lingkaran sempurna. Namun, dalam dunia nyata, kita selamanya tidak akan menemukan lingkaran yang betul-betul sempurna. Lingkaran sempurna hanya didapatkan melalui matematika, atau menurut Plato, melalui akal manusia.
Begitulah Plato menjelaskan perbedaan yang mendasar antara dunia ide dan dunia realitas inderawi. Menurutnya, jika seseorang mengetahui pemahaman sempurna dalam dunia ide, maka kondisi fisik yang tertangkap indera tidak lagi penting.
Karena kebebasan sejati, menurut Plato, terletak di dunia ide. Ia kemudian menganggap bahwa kebenaran yang ingin diungkapkan Socrates, sejatinya adalah kebenaran dunia ide yang derajatnya lebih tinggi daripada dunia inderawi.
Sumber
Gaarder, J. (2013). Dunia Sophie. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Share This :
comment 0 Komentar
more_vert