Pemikiran Heraclitus: Masih Seputar Filosofi Alam

KS.id – Sebelumnya, saya telah menuliskan tentang Permenides yang menyatakan bahwa tidak ada perubahan sejati di alam semesta.  Segala sesuatu yang ada di dunia ini sebenarnya tetap, dan bersumber dari satu hal yang sama.  Jika sesuatu itu berubah, maka perubahan tersebut hanyalah sebatas prasangka yang diterima oleh indera.  Untuk mengetahui kebenaran, kita harus menggunakan akal dan mengesampingkan indera kita, begitulah yang disampaikan Permenides.

Namun, pendapat tersebut ternyata berbeda 180 derajat dengan rekan sezamannya, yaitu Heraclitus.  Ia berpendapat bahwa alam dan segala sesuatu di dunia ini selalu berubah (panta rhei).  Ia menyatakan bahwa bagaimana bisa segala sesuatu yang jelas-jelas terlihat berubah, dianggap tidak berubah?  Itulah mengapa Heraclitus mengajukan kepercayaan yang besar terhadap apa yang diterima Indera.   Dalam tulisan kali ini kita akan membahasnya bersama-sama.

Pengantar

Seperti yang kita tahu, pasca penaklukan Polis Miletos di wilayah Asia Minor oleh pasukan Persia, banyak pemikir filsafat yang keluar dari kota tersebut.  Sebagian dari mereka pergi ke Elea, salah satu koloni orang-orang Yunani, dan banyak lagi yang tersebar ke berbagai daerah Yunani.

Heraclitus adalah salah seorang filsuf yang berada di luar Miletos.  Tidak ada keterangan yang pasti apakah dia memiliki hubungan dengan orang-orang di Miletos.  Namun, satu hal yang pasti adalah ia masih melanjutkan tradisi para filsuf alam Miletos.

Ketika dahulu ‘orang-orang Miletos’ mencari fusis, dzat yang membentuk segala sesuatu, maka lanjutan dari pemikiran tersebut adalah mengenai proses pembentukan.  Bagaimana fusis tersebut dapat menjadi segala sesuatu yang lain di dunia ini.  Sebelumnya juga saya telah menuliskan Permenides yang termasuk dalam kelompok ini, yaitu kelompok pemikir pasca-miletos.

Langsung saja begini pemikiran Heraclitus....

Heraclitus dan Perubahan Alam

Heraclitus adalah seorang pemikir yang hidup di Polis Ephesus yang berada di Asia Minor.  Masa hidupnya berkisar pada tahun 540-480 SM.  Seperti para filsuf Yunani lain, Heraclitus juga percaya bahwa terdapat sebuah dzat yang menjadi asal mula segala sesuatu.

Ia tidak percaya pada kekosongan sebelum dunia terbentuk, yang dipercayainya hanyalah dzat tunggal abadi, yang selalu ada dan menjadi penyebab terbentuknya sesisi dunia.  Dalam istilah Yunani, Dzat tersebut dikenal sebagai ‘fusis’ atau dalam beberapa kasus ‘akal.’  Sebuah pemikiran yang diwarisi dari orang-orang Miletos.

Pertanyaan besar yang menghantui pikiran Heraclitus adalah berkisar pada apa yang sebenarnya terjadi di alam semsta?  Bagaimana proses pembentukannya sehingga terdapat beragam bentuk di alam semesta ini?  Seperti para filsuf klasik lainnya, alat yang digunakan Heraclitus hanya indera dan akalnya.

Heraclitus membayangkan bahwa dzat asal (fusis) ini serupa dengan sifat api, menghanguskan menjadi abu, juga memberi kehidupan layaknya matahari.  Sifat api selalu bergerak, mengalir, dan menimbulkan pertentangan.  Itulah kenapa menurut Heraclitus hukum yang paling utama di dunia ini adalah ‘perubahan’ dan ’pertentangan’ yang selalu mengalir.

Dunia selalu dicirikan dengan kontradiksi.  Jika tidak mengenal lapar, maka kita juga tidak akan pernah mengenal kenyang.  Begitupula dengan kita tidak akan pernah mengenal perdamaian jika kita tidak pernah mengalami peperangan.

Hukum pertentangan dan perubahan disebut oleh Heraclitus sebagai logos, tuhan, yang mencirikan kehidupan di dunia.  Segala sesuatu yang terbentuk di dunia ini tidak pernah terlepas dari hukum logos.  Itulah kenapa segala sesuatu pasti berubah, dan harus berubah untuk menjaga kehidupannya.

Heraclitus juga mengandaikan perubahan seperti aliran sungai.  Kita tidak akan memasuki aliran sungai yang sama untuk kedua kalinya.  Jika kita memasuki aliran sungai kedua kalinya, kita ataupun sungai tersebut, salah satunya pasti berubah.  Begitulah proses alam dan kehidupan menurut Heraclitus.

Penting dicatat juga bahwa perubahan-perubahan alam yang mejadi dasar pemikiran Heraclitus banyak diambil dari pengalaman indera-nya.  Itulah kenapa Heraclitus mengatakan bahwa kita sudah seharusnya menaruh kepercayaan pada apa yang ditangkap oleh indera.

Begitulah kurang-lebih pokok-pokok pemikiran dari Heraclitus.  Tulisan asli Heraclitus sebenarnya banyak yang kurang jelas.  Itulah kenapa orang-orang yang hidup semasa dengan Heraclitus banyak menjulukinya sebagai “Heraclitus yang gelap.”

FilsafatLingkunganMudah Dipahami

Share This :