
KS.id – India adalah sebuah negara yang terletak di Benua Asia dengan jumlah penduduk yang cukup besar. Negara yang satu ini memiliki warga negara dengan mayoritas beagama Hindu dan Islam. Namun, karena masalah politik, terjadi perpecahan yang membuat umat Islam India memisahkan diri menjadi Negara Pakistan.
Sebelum menjadi negara merdeka, India merupakan salah satu wilayah jajahan inggris di wilayah Asia. Dahulunya, sebelum inggris datang, India merupakan penghasil kain yang cukup besar di dunia. Setelah mengalami penjajahan, terjadi kemiskinan, perbudakan, serta wabah penyakit dimana-mana. Itulah yang menyebabkan gerakan-gerakan untuk merdeka muncul di wilayah India.
Jawaharlal Nehru adalah salah satu tokoh yang cukup penting dalam gerakan kemerdekaan India. Dibawah payung Mahatma Gandhi, ia merupakan sosok pemimpin yang membawa India melepaskan diri dari cengkaraman Inggris. Nehhru juga dilantik menjadi pemimpin (Perdana Mentri) India pertama setelah merdeka. Ia menjabat selama tahun 1947 sampai kematiannya tahun 1964.
Biografi
Jawahral Nehru lahir pada 14 November 1889 di Allahabad India. Ia dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan. Ayahnya, Mortilal Nehru, adalah seorang pengacara kaya anggota Cendekiawan Kashmir (Kashmiri Pandit.) Ibunya, Swaruprani Thussu, merupakan anggota keluarga terkenal brahmana Kashmir.
Nehru menggambarkan kehidupan masa kecilnya dengan kalimat “Salah seorang yang hidup lancar dan terlindungi.”
Jawaharlal Nehru hidup di sebuah rumah real estate yang disebut Anand Bhawan. Atas keinginan ayahnya, Nehru menjalani pendidikan privat di rumah. Guru yang memberi pelajaran untuknya bernama Ferdinand T. Brooks.
Nehru menulis, “Selama hampir tiga tahun, Brooks bersama saya dan dalam banyak hal ia sangat mempengaruhi saya.” Dari guru privatnya tersebut Nehru kemudian tertarik pada pengetahuan dan Teosofi (Filsafat ketuhanan.)
Perjalanan Pemikiran
Ketertarikan Jawaharlal Nehru kepada Teosofi membuatnya pergi ke sekolah Theosophical Society pada usia 13 tahum. Keputusan tersebut dibuatnya berdasarkan saran dari seorang teman keluarganya, Annie Beasant. Namun, ketertarikannya terhadap teosofi tidak bertahan lama. Nehru kemudian memutuskan untuk meninggalkan sekolah tersebut.
Kegandrungan terhadap teosofi sempat membuat Jawaharlal Nehru mempelajari kitab suci agama Buddha dan Hindu. Menurut BR Nanda, kitab ini adalah pengenalan pertama Nehru terhadap warisan agama dan budaya India.
Pendidikan Nehru berlanjut pada tahun 1905 di Harrow, sebuah sekolah terkemuka di Inggris. Disana ia membaca buku-buku tentang GM Travelyan’s Garibaldi, seorang pahlawan revolusioner (menurut Nehru.) Saat itu pemikirannya banyak dipengaruhi oleh kisah Garibaldi.
Setelah lulus, Nehru kembali melanjutkan pendidikannya di Trinity College Cambridge pada Oktober 1907. Ia mengambil bidang studi ilmu alam disana. Namun, minatnya justru banyak dicurahkan dalam bidang politik, ekonomi, sejarah, dan sastra.
Setelah lulus dari Trinity College Cambridge pada tahun 1910, Nehru kembali bersekolah selama dua tahun untuk mendapatkan studi hukum di Inns of Court School of Law (Inner Temple.) Selama di Inggris ini minat Nehru terhadap dunia politik semakin tumbuh. Meskipun jauh dari negaranya, ia sangat memperhatikan perpolitikan India saat itu.
Sementara itu, rasa Nasionalisme Nehru telah muncul sejak melihat kemenangan Jepang atas Rusia. Ia merasa bahwa kemenangan Jepang telah membangkitkan antusiasme nya terhadap kemerdekaan India. Dalam sebuah buku ia pernah menulis: “... Ide-ide nasionalisme memenuhi pikiran saya. Saya merenungi kebebasan India dan kebebasan Asia dari perbudakan Eropa.”
Kiprah Nehru
Jawaharlal Nehru kembali ke India pada tahun 1912 setelah menyelesaikan semua pendidikannya. Ia mendaftarkan diri ke Pengadilan Tinggi Allahabad untuk mencoba menjadi pengacara. Namun, berbeda dengan ayahnya, rupanya profesi tersebut tidak menarik bagi Nehru. Terkait hal ini ia menulis: “Jelas tidak merangsang secara intelektual dan perasaan hambar sama sekali tumbuh dalam kehidupanku.”
Diluar Pengadilan Tinggi, rupanya Nehru secara aktif menghadiri sidang tahunan Indian National Congress di Patna. Namun ia kurang setuju dengan pola pergerakan Congress yang pada tahun 1912 berubah menjadi partai yang moderat dan elit.
Pada tahun 1913, Nehru mengumpulkan dana untuk kampanye hak-hak sipil yang dipimpin oleh Mohandas Gandhi. Kemudian ia juga berkampanye melawan buruh kontrak dan diskrimanasi yang dilakukan Inggris kepada bangsa India.
Selama perang dunia I berkecamuk, nehru adalah salah satu tokoh yang berpandangan radikal. Saat itu, di India, wacana politik yang terkemuka berasal dari Gopal Krishna Gokhale yang berisi “adalah sesuatu yang gila berpikir tentang kemerdkaan.” Namun, Nehru justru menertawakan Indian Civil Service (ICS) yang mendukung kebijakan Inggris. Ia berpendapat bahwa India harus mendirikan pemerintahannya sendiri.
Nehru kemudian melibatkan diri dengan pemimpin nasionalis agresif yang menuntut Home Rules (Aturan rumah) untuk India. Ia merupakan salah satu anggota dari liga yang mengadvokasi kebijakan tersebut untuk India. Liga tersebut didirikan oleh Annie Besant, seorang tokoh antimoderat.
Dia pernah berkata: “(Besant) memiliki pengaruh yang sangat kuat pada saya di saat saya masih kecil. Bahkan, kemudian ketika saya memasuki kehidupan politik, pengaruhnya masih mengakar dalam diri saya.”
Pada tahun 1916, Nehru menjabat sebagai sekertaris Besant dalam All India Home Rules League, sebuah gerakan yang menyatukan beberapa pemimpin nasionalis untuk kampanye pemerintahan sendiri.
Nehru pertama kali bertemu Mahatma Gandhi pada tahun 1916 pada sidang Kongres Lucknow. Kedua tokoh tersebut kemudian menjadi pemimpin paling penting untuk mengantarkan India kepada kemerdekaannya.
Beragam upaya kemudian dilakukan Nehru untuk mencapai pemerintahan yang mandiri bagi India, termasuk mencari bantuan ke luar negeri. Ia juga berpendapat bahwa kekuasaan raja (Feodalisme) di India harus di hapuskan. Menurutnya, agar dapat bersaing di dunia modern, India harus meninggalkan kekolotan, serta dogma yang mempersempit pandangan hidup. Itulah kenapa salah satu impian Jawaharlal Nehru adalah menjadikan India sebagai negara sekuler.
Pada bulan Juli 1946, Nehru menyatakan bahwa tidak ada wilayah kekuasaan kerajaan dapat menang secara militer melawan tentara independen India. Kemudian disusul pada bulan Januari 1947, Nehru mengatakan bahwa India merdeka tidak akan menerima Divine Right of King.
Nehru menjabat sebagai Perdana Menteri pertama India pada bulan Agustus 1947 dan menyampaikan pidato pengukuhannya dengan judul “A Tryst With Destiny.”
Share This :
comment 0 Komentar
more_vert