-->
ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00-IDBLANTER.COM
ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00
BLANTERWISDOM101

Asal-Usul Gunung Pangrango

27 Jan 2019
Sejarah, Asal-Usul, Gunung Pangrango, Singkat


"Sementara, pendaki pertama yang berhasil mencapai Puncak Mandalawangi (Gunung Pangrango) adalah..."

Cerita mengenai asal-usul gunung di Indonesia berlanjut nih! Kali ini kami akan mengulas mengenai Gunung Pangrango.  Sudah tahu belom soal gunung yang satu ini??? Kalo belom, langsung saja kita simak yang satu ini yaa... hehe.. Check it out!

LOKASI

Gunung Pangrango terletak di Provinsi Jawa Barat, secara administratif gunung inni termasuk kedalam wilayah Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, dan Kabupeten Sukabumi.  Gunung Pangrango letaknya bersebelahan dengan Gunung Gede yang juga berada di Provinsi Jawa Barat.  Bahkan, kedua gunung tersebut terhubung melalui sebuah gigir gunung yang bentuknya mirip seperti sadel.

Gunung Pangrango berada dalam pengawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.  Taman Nasional yang telah berdiri sejak 1980 ini memiliki tanggung jawab untuk melindungi beragam vegetasi yang ada disana (meliputi G.Pangrango dan G.Gede).  Gunung Pangrango sendiri merupakan gunung tertinggi kedua di Jawa Barat setelah Gunung Ciremai.

Gunung Pangrango memiliki ketinggian 3.019 Meter Diatas Permukaan Laut (MDPL).  Untuk mencapai puncak Gunung Pangrango, terdapat beberapa jalur yang dapat kamu manfaatkan.  Jalur-jalur tersebut adalah: jalur Cibodas, jalur Gunung Putri, serta jalur Salabintana Sukabumi.

SEJARAH

Gunung Pangrango termasuk dalam jajaran gunung di Indonesia yang terbentuk sebagai akibat dari tubrukan lempeng Continental (Eurasia) dengan lempeng Oceanic (benua besar dibawah Australia.)  Gunung ini memiliki puncak yang mulus menandakan usianya yang masih muda.  Jika dibandingkan dengan Gunung Gede yang memiliki beberapa kawah di puncaknya, puncak Gunung Pangrango, atau yang disebut Puncak Mandalawangi terlihat cukup mulus dan aman.  Namun, meskipun gunung ini berusia muda, pincaknya sedikit lebih tinggi daripada puncak Gunung Gede.

Wilayah Gunung Pangrango juga terkenal dengan kesuburannya bahkan sejak masa kolonial berlangsung di Indonesia.  Tepatnya pada tahun 1728, Teh Jepang mulai ditanam pada wilayah ini, wilayah tanah yang subur di wilayah Gede-Pangrango.  Bahkan pihak kolonial banyak memanfaatkan wilayah tersebut, selain perkebunan juga pertanian.

Sementara, pendaki pertama yang berhasil mencapai Puncak Mandalawangi (Gunung Pangrango) adalah dua orang peneliti asal Belanda bernama Kuhl dan Van Hasselt.  Melalui surat yang dikirimkan kepada temannya yang bernama Reindwart, yang sekaligus menjadi pendiri Kebun Raya Bogor (KRB), keduanya mengaku telah mencapai Puncak Mandalawangi pada Agustus 1821.  Melalui surat tersebut keduanya juga menuturkan bahwa perjalanannya menuju puncak dimudahkan oleh jalur yang telah dibuat oleh Badak Jawa disana.  Mereka memanfaatkan jalur tersebut untuk menembus lebatnya hutan Gunung Pangrango saat itu.

Gunung Pangrango memang telah banyak menarik perhatian para ahli dan peneliti.  Bagaimana tidak, kesuburan tanahnya telah memungkinkan keanekaragaman hayati untuk hidup dan tumbuh disana.  Salah satu yang tertarik dengan wilayah tersebut, atau dalam cakupan lebih luas, wilayah gede-pangrango, adalah Thunberg yang mebuat kajian botani pada tahun 1777.  

Selain itu, adapula Blume yang menggunakan jalur Cibodas (seperti yang kita ketahui sampai hari ini) untuk pertama kalinya.  Kemudian yang terakhir adalah seorang ahli biologi yang cukup terkenal dari Inggris, bernama Wallace yang mengikuti jalur Blume.  Begitulah, bagaimana sejak awal ditemukannya, atau mungkin lebih tepat dikatakan sebagai ‘dijelajahi’, Gunung Pangrango telah memukau banyak orang dengan keindahannya.

CERITA RAKYAT

Wilayah Gunung Pangrango telah dikenal lama dalam dongeng dan legenda orang-orang Sunda.  Salah satu yang mebuktikannya adalah naskah tua mengenai perjalanan Bujangga Manik pada abad ke-13.  Dalam naskah tersebut disebutkan wilayah Gunung Gede-Pangrango adalah “..Hulu wano na pakuan.” Yang artinya: Tempat yang tertinggi di pakuan.

Bujangga Manik adalah seorang pendeta yang berasal dari tanah Sunda, Jawa Barat.  Pada akhir ‘abad ke-15’ setidaknya, ia memutuskan untuk melakukan wisata ziarah ke tempat-tempat suci di Pulau Jawa.  Catatan perjalanan nya tersebut kemudian ditulis pada helaian lontar yang telah menjadi milik Bodleian Library, Oxford (Inggris) sejak tahun 1627.

Ditemukan dalam catatan tersebut bahwa sang Pendeta (Bujangga Manik), telah melewati wilayah Gunung Gede-Pangrango sebanyak dua kali.  Perjalanan pertama membawanya ke arah Timur, dan kemudian perjalanan kedua sepulang dari Kerajaan Majapahit, membawanya kembali kearah Barat (dari arah Timur).  Pada perjalanan pertamanya, ia telah berhasil mencapai puncak Gunung Agung dan menikmati pemandangan disana sembari duduk di bebatuan yang datar.

Menurut penafsiran para ahli, yang dimaksud sebagai ‘Gunung Agung’ adalah Gunung Gede yang kita kenal sekarang.  Ditemukan juga bahwa masyarakat sekitar terkadang masih menyebut Gunung Gede sebagai ‘Gunung Agung.’  Dalam naskah kuno tersebut juga dipaparkan mengenai Telaga Warna, yang bersama-sama dengan Puncak Gunung Gede-Pangrango dianggap sebagai tempat suci dari pakuan.

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa dahulu kala, ketika masih berdiri kerajaan-kerajaan di Indonesia, wilayah Gunung Gede-Pangrango telah dikenal oleh masyarakat dan dianggap sebagai tempat suci bersama-sama dengan Danau yang saat itu disebut ‘Telaga Warna.’

Baca Juga : Asal-Usul Mahameru

Nah, itu tadi sedikit-banyak cerita mengenai asal-usul Gunung Pangrango yang berada di Provinsi Jawa Barat.  Bagaimana? Apakah kamu sudah tahu sejak lama? Atau baru mengetahuinya setelah membaca artikel ini? Apapun itu, semoga artikel yang cukup pendek ini dapat menambah pengetahuanmu ya.. hehe...

Salam Sejarah!
Share This :
avatar

terimakasih sudah memberikan pengetahuan serta wawasan melalui artikel ini:)

23 Juni 2022 pukul 15.51