![]() |
"Gunung Ciremai memiliki ketinggian 3.078 meter diatas permukaan laut (MDPL) dan merupakan gunung tertinggi yang ada di Provinsi Jawa Barat..."
Dalam serial sejarah gunung-gunung di Indonesia kali ini kami akan mengulas mengenai Gunung Ciremai. Seperti biasa, akan ada 3 bab yang kami bahas dalam artikel ini, yang pertama adalah lokasi, yang cukup penting bagi kalian untuk mengetahui tempat yang kami maksud. Kemudian yang kedua adalah sejarah mengenai Gunung Ciremai, dan yang terakhir adalah cerita rakyat yang menyelimutinya. Langsung saja simak yang berikut ini yaa...
LOKASI
Gunung Ciremai terletak di Provinsi Jawa Barat, secara
administratif gunung ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Majalengka dan
Kabupaten Kuningan. Gunung ini juga
termasuk dalam gunung api aktif tipe A.
Setidaknya, Gunung Ciremai telah aktif sejak tahun 1600 masehi.
Gunung Ciremai memiliki ketinggian 3.078 meter diatas
permukaan laut (MDPL) dan merupakan gunung tertinggi yang ada di Provinsi Jawa
Barat. Dipuncaknya terdapat dua kawah
yang masing-masing saling berpotongan.
Kawah barat yang lebih besar sedikit terpotong oleh kawah timur yang
lebih kecil. Kemudian jika kita
perhatikan, pada ketinggian 2.900 MDPL di lereng bagian selatan, terdapat bekas
letusan yang biasa dikenal dengan sebutan Gowa Walet.
Untuk mencapai puncak Gunung Ciremai terdapat beberapa jalur
yang dapat kamu gunakan yaitu: jalur Desa Palutungan, jalur Desa Linggarjati,
Jalur Desa Apuy, serta yang paling muda adalah jalur Desa Linggasana.
SEJARAH
Nama Gunung Ciremai sebenarnya adalah ‘Ceremai’, namun
masyarakat sering salah mengira dan terbiasa menyebut ‘Gunung Ciremai’ hingga
saat ini. Nama gunung ini berasal dari
nama tumbuhan sejenis perdu yang bernema ‘Cereme.’ Penamaan tersebut berasal dari pemerintah
kolonial saat itu (Belanda) dikarenakan banyaknya tumbuhan cereme yang ada
disana.
Gunung Ciremai termasuk dalam generasi ketiga gunung api
yang terletak pada zona Bandung. Menurut
Situmorang (1991) gunung ini mulai terbentuk sekitar 7.000 tahun yang
lalu. Letusan Gunung Ciremai tercatat
pertama kali pada 3 Februari 1698.
Sementara itu, letusan terakhir kali yang berasal dari gunung ini
terjadi 81 tahun yang lalu, atau tepatnya pada tahun 1937.
Ciremai adalah salah satu dari ratusan gunung api yang
membentuk cincin api (ring of fire), atau suatu deretan gunung aktif dengan
pola melingkar yang mengelilingi Samudra Pasifik. Namun jika dibandingkan dengan Gunung Merapi,
Ciremai termasuk gunung yang dikenal ‘kalem’ dan tidak banyak merugikan
masyarakat sekitarnya.
Bagaimana tidak, dalam kurung waktu 400 tahun terakhir, hanya
sebanyak tujuh letusan dilakukan oleh gunung ini tanpa data yang pasti mengenai
korban jiwa. Sementara Gunung Merapi
telah memakan ribuan korban jiwa hanya dalam kurung waktu 130 tahun.
CERITA RAKYAT
Menurut legernda yang dipercaya oleh masyarakat sekitar,
konon di puncak Gunung Ciremai terdapat sebuah kerajaan dengan ratu
penyihir. Ratu tersebut memiliki ilmu
yang sakti mandraguna, sehingga sering membuat masyarakat takut. Nama ratu tersebut adalah Nini Pelet, seorang
penyihir dengan aliran ilmu hitam yang termasyhur di Jawa Barat.
Selain ratu yang termasyhur, di wilayah tersebut juga
terdapat seorang petapa sakti bernama Ki Buyut Mangun Tapa. Kesaktian Ki Buyut Mangun Tapa juga cukup
terkenal, namun, tidak seperti Nini Pelet yang beraliran ilmu hitam, ia
menggunakan ilmunya untuk kebaikan dan menolong sesama. Menurut cerita, Ki Buyut Mangun Tapa menulis
sebuah kitab yang didalamnya terdapat berbagai mantra sakti. Kitab tersebut bernama ‘Mantra Asmara.’
Kitab tempat menyimpan sejumlah ilmu yang dimiliki oleh
petapa sakti itu banyak diinginkan oleh orang-orang, tak terkecuali Nini
Pelet. Dengan kesaktian ilmu hitam nya,
Nini Pelet akhirnya berhasil merebut Kitab Mantra Asmara yang didalamnya
terdapat ajian ‘Jaran Goyang.’
Jaran Goyang adalah sebuah mantera yang dikenal ampuh untuk
meluluhkan hati lawan jenis. Dengan
mantera tersebut, Nini Pelet bisa saja menggait sekutu untuk melakukan
kejahatan. Ki Buyut Mangun Tapa sendiri
menjadi resah akibat direbutnya Kitab Mantra Asmara, ia takut kitab tersebut
akan mendatangkan bencana jika dimanfaatkan oleh orang yang salah.
Akhirnya, untuk merebut kembali Kitab Mantra Asmara, Ki
Buyut Mangun Tapa mengutus seorang muridnya yang bernama Restu Singgih. Ia diperintahkan untuk mendatangi Nini Pelet
dan merebut kitab sakti mandraguna yang telah hilang dan dibawa oleh penyihir
jahat tersbut. Dimulailah kisah
perjalanan Restu Singgih menuju ke puncak Gunung Ciremai. Kisah antara Nini Pelet dan ajian ‘Jaran
Goyang’ ini sempat disiarkan lewat serial sandiwara radio pada tahun 1980-an.
Baca juga : Asal-Usul Gunung Anak Krakatau
Nah, begitulah kisah-kisah sejarah serta cerita rakyat yang
menyelimuti Gunung Ciremai. Semoga
artikel yang cukup singkat ini dapat menambah pengetahuan kalian yaa..
Selamat membaca! Salam Sejarah!
Share This :
comment 0 Komentar
more_vert